Menghafal al-Qur'an itu adalah karunia besar dari Allah kepada seorang muslim. Karunia yang hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang memahami pentingnya menghafal. Nah bagi anda yang tengah bergelut dalam ibadah istimewa ini, setidaknya ada beberapa hal yang harus anda ketahui sebelum maupun saat menghafal.
1. Ikhlas karena Allah swt. Tidak membaca dan menghafal kecuali hanya mengharap ridho Allah swt. Allah berfirman: "Dan tidaklah mereka disuruh melainkan untuk menyembah Allah saja dengan ikhlas..."(Qs al-Bayyinah: 5).
Diriwayatkan dari hadits Umar bin Khattab bahwa Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya tiap-tiap amal itu tergantung dari niatnya.."(HR. Bukhari dan Muslim).
Begitu juga atsar (jejak ucapan) dari Abdullah bin Abbas radiyallahu anhuma: "Orang itu menghafal dari kadar niatnya." Yang lain mengatakan: "Manusia itu diberi sesuai dengan kadar niatnya."
2. Di antara kaedah menghafal al-Qur'an adalah; Memperbaiki pengucapan huruf dan bacaan sebelum masuk ke proses menghafal.. Oleh karena itu yang bersangkutan harus memperdengarkan kepada seorang hafiz (penghafal) yang mutqin (aktif), pembaca yang bagus dan membaca ayat-ayat yang hendak dihafal kepadanya sebelum mulai menghafal. Itu karena al-Qur'an ini diterima ke tengah-tengah kita dengan talaqqi (beriwayat).
Cukuplah Rasulullah saw menjadi contoh sebagai orang yang paling fasih ketika bertalaqqi bersama Jibril alaihissalam. Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari hadits Abu Hurairah ra bahwa nabi shallahu alaihi wassalam memperdengarkan ke hadapan Malaikat jibril sekali setiap tahun di bulan Ramadhan. Di tahun kewafatannya, beliau memperdengarkannya dua kali.
3. Banyak mengulang-ngulang ayat yang hendak dihafal. Semakin banyak pengulangan itu dilakukan maka hafalan akan semakin kuat. Generasi salaf sholeh dahulu selalu mengulang-ngulang hafalannya antara 50 sampai 100 kali untuk memperkuat hafalannya.
4. Mengeraskan suara saat mengulang-ngulang ayat yang hendak dihafal disertai lagu tilawah. Bacaan yang menembus ke telinga sampai ke hati lebih kuat daripada alat penglihatan. Oleh karena itu hafalan orang yang tuna netra lebih kuat kuat dan utama dibanding hafalan yang normal.
5. Mengamalkan apa yang dihafal dan dipelajari. Allah berfirman: "Orang-orang yang telah Kami berikan al-Kitab (Taurat dan Injil) membacanya dengan tilawah yang benar, mereka itulah orang-orang yang mengimaninya..."(Qs al-Baqoroh: 121). Kaum salaf mengatakan: "Yakni mengikutinya dengan sebaik-baiknya dan mengamalkannya dengan sungguh-sungguh."(Fathul Bari 13/518).
Inilah manhaj (konsep) para sahabat Rasulullah saw dahulu. Mereka belum pindah ke hafalan 10 ayat berikutnya sampai mereka amalkan dahulu ayat sebelumnya.
Takwa kepada Allah, merasa takut, merasa diawasi oleh-Nya, meninggalkan maksiat dan perbuatan yang haram merupakan sebab-sebab mudahnya menghafal al-Qur'an. Allah berfirman: "Dan bertakwalah kepada Allah, niscaya Allah akan mengajarkanmu..."(Qs al-Baqoroh)
Firman-Nya yang lain: "Jika kalian bertakwa kepada Allah, Dia akan menjadikan kalian pembeda (yang haq dari yang batil), menghapuskan dosa-dosa kalian dan mengampuni kalian..."(Qs al-Anfal: 29).
Apabila berkumpul orang-orang zalim dan bergaul dengan ahli maksiat adalah sebab-sebab kelupaan, bagaimana dengan si pelaku maksiat itu sendiri? Semoga Allah menjauhi kita semua dari hal itu. Dikatakan kepada Sufyan Ibnu Uyayinah rahimahullah: "Bagaimana kamu bisa menghafal?" "Dengan cara meninggalkan maksiat."katanya.
Di lain kesempatan beliau juga ditanya: "Apakah seorang hamba itu dipersulit memperoleh ilmu lantaran dosa-dosa yang ia perbuat?" Ia menjawab: "Tidakkah engkau dengar firman Allah yang berbunyi: "Karena mereka telah mengingkari perjanjiannya, maka merekapun Kami laknat, Kami jadikan hati mereka keras lantaran mereka mengubah kalimat (Taurat) dari tempat yang sebenarnya dan melupakan apa yang telah mereka hafal dan ingat.."(Qs al-Maidah: 13)
Lalu Sufyan berkata: "Taurat itu adalah semulia-mulianya ilmu, ia itu adalah bagian yang besar yang diberikan kepada mereka. Tapi sayang, mereka malah membuat penyimpangan di dalamnya sehingga Taurat itu menjadikan mereka celaka."
Seorang laki-laki bertanya kepada Malik bin Anas sambil mengatakan: "Wahai Abu Abdullah, apakah yang harus diperbuat dengan hafalan ini?" Malik menjawab: "Yakni tinggalkan maksiat."
Malik juga pernah berkata: "Ilmu itu diperoleh bukan dari banyaknya riwayat. Tapi ia diperoleh dari rasa takut yang lahir."
Bisyr bin al-Harits pernah berkata: "Apabila kamu ingin mendapatkan ilmu janganlah berbuat maksiat."
Dhohak bin Muzahim rahimahullah berkata: "Tidaklah seseorang belajar al-Qur'an kemudian melupakannya melainkan karena dosa yang ia lakukan." Allah berfirman: "Dan tidak ada yang menimpa kalian dari musibah selain apa yang telah diperbuat oleh ulah tanganmu..(Qs Syuro: 30). Dan melupakan al-Qur'an adalah sebesar-besarnya musibah."
6. Berusaha untuk memahami maknanya secara global dari ayat-ayat yang akan dihafal, menyeleksi informasi yang ada di dalamnya dan mengikat makna antara yang satu dengan yang lainnya. Ini adalah salah bagian dari pahala, menikmati hidangan al-Qur'an dan bersenang-senang dengan tilawahnya. Itulah yang akan mempermudah menghadirkan ayat-ayat secara mudah. Allah berfirman: "Tidakkah mereka mentadabburi al-Qur'an ini ataukah hati mereka telah terkunci."(Qs Muhammad: 24)
7. Review (Muroja'ah) yang kontinyu. Karena tabiat menghafal al-Qur'an ini adalah mudah dihafal dan cepat hilangnya, mudah hilang dari ingatan bagi mereka yang meremehkan pengulangan dan mengingatknya. Disebutkan dalam riwayat Abu Musa Radhiyalallahu anhu secara marfu' bahwa nabi Muhammad saw bersabda: "Berpegang teguhlah kalian dengan al-Qur'an ini. Demi Zat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, al-Qur'an ini lebih cepat hilang daripada onta yang diikat."(HR. Shahihain).
Sebagian ahli ilmu ditanya: "Mengapa hafalan al-Qur'an dapat dengan mudah hilang dari orang-orang yang menghafakannya apabila ia meremehkan muroja'ahnya?" Mereka menjawab: "Sesungguhnya al-Qur'an ini mulia. Ayat-ayatnya tidak akan lama bertahan di dalam dada orang-orang yang menyepelekannya."
Hal ini sejalan dengan ayat: "Dan sungguh al-Qur'an ini adalah kitab yang mulia. Tidak datang kebatilan dari sisinya..."(Qs Fushshilat). Jika engkau meninggalkan al-Qur'an maka al-Qur'an juga akan meninggalkanmu."
8. Membacanya dalam shalat qiyamul lail (shalat malam). Diriwayatkan dalam shahihain dari hadits Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw bersabda: "Apabila seorang penghafal al-Qur'an bangun malam untuk membacanya dan di siang hari ia akan teringat olehnya. Sebaliknya jika ia tidak menegakkannya, maka berart ia telah melupakannya."
Abu Abdullah bin Bisyr al-Qoththon berkata: "Tidak ada orang yang lebih pandai mengingat hafalan ayat-ayat al-Qur'an selain daripada Abu Sahl bin Ziyad. Ia itu adalah tetangga kami. Ia rajin shalat malam dan membacanya. Lantaran banyak mengkaji dan shalat dengannya, seakan-akan al-Qur'an itu berada di depan kedua matanya."
9. Teliti dengan ayat-ayat mutasyabih (serupa). Karena 1/3 dari al-Qur'an ini adalah ayat-ayat mutasyabih dalam berbagai jenisnya. Kadang-kadang banyak juga yang sama, beda pada huruf, dan kalimatnya. Nah, dengan ketelitian dan kejelian pada ayat-ayat yang mutasyabih ini seorang penghafal akan bisa mengatasi hafalan dan memperbaikinya. Ia harus mengulang-ulang ayat-ayat yang serupa itu, membandingkan antara yang satu dengan yang lainnya dan konsentrasi di awal menghafal, di tengah-tengah menghafal dan saat memperdengarkan hafalannya itu dan juga muroja'ahnya.
10. Berusaha untuk merutinkan menghafal sesuatu meski sedikit tapi berkesinambungan. Sesuatu yang sedikit tapi dikerjakan secara kesinambungan lebih baik banyak tapi terputus-putus. Sesungguhnya air terjun itu adalah kumpulan dari tetesan-tetesan air.
Diriwayatkan dalam shahihain dari hadits Aisyah radiyalallahu anha ia berkata: Rasulullah saw bersabda: "Sederhanalah dan lakukanlah pendekatan. Ketahuilah bahwanya tidak seorangpun dari kalian masuk surga karena amalnya. Sesungguhnya amal yang paling disukai Allah adalah amal yang dilakukan secara rutin walaupun kadarnya sedikit."
Dalam riwayat Imam Abu Daud disebutkan: "Lakukanlah amal kalian itu sesuai kesanggupan kalian. Sesungguhnya Allah tidak akan pernah bosan, sampai kalian sendiri yang bosa. Sesungguhnya amal yang disukai Allah adalah amal yang rutin walaupun sedikit."
Sesungguhnya Rasulullah saw apabila melakukan suatu amal beliau memperkuatnya (fokus).
11. Menggunakan hanya satu jenis mushaf saja. Karena hafalan itu akan menempel dengan cara melihat mushaf, sebagaimana pula yang terjadi dengan mendengarkannya. Ingat! Bahwa gambaran ayat-ayat dan posisinya dalam mushaf al-Qur'an akan terekam kuat di dalam memori seorang pembaca dengan mmeperbanyak tilawah dan melihat mushaf.
Jika ia mengganti jenis mushaf yang digunakan untuk menghafal, maka hafalannya kelak akan berantakan dan sulit lagi untuk meneliti dan memperbaikinya kecuali dengan susah payah dan penuh kesulitan.
12. Banyak mengingat Allah dan berdoa secara kontinyu. Insya Allah itu akan mempermudah kegiatannya itu. Karena semua persoalan itu ada di tangan Allah. Allah berfirman: "Dan ingatlah Tuhanmu apabila kamu lupa...."(Qs al-Kahfi: 24).
Syekh Abdurrahman as-Sa'di rahimahullah pernah berkata: "Ayat: "Dan ingatlah Tuhanmu apabila kamu lupa.." menyimpan hikmah yaitu: Perintah untuk mengingat Allah ketika lupa. Karena zikrullah itu akan membuat ingat kembali. Seorang hamba akan kembali ingat apa yang telah iya lupakan. Demikian pula seorang yang lupa diperintahkan untuk zikrullah agar mudah ingat dan dihindarkan dari orang-orang lalai.
Nah, ketika seorang hamba merasa butuh kepada Allah swt ketika ditimpa musibah dan kesulitan dalam berucap dan beramal, ia diperintahkan untuk membaca: "Semoga Tuhanku menunjukiku kepada petunjuk yang dekat."
Ia diperintahkan untuk berdoa, berharap, dan yakin dirinya akan ditunjuki jalan yang mengarah kepada kebaikan itu. Seseorang harus berusaha berada pada kondisi seperti ini. Kemudian ia mengerahkan segala potensinya dalam mencari petunjuk Allah dan direstui untuk itu."
Menghafal al-Qur'an dan memahami agama Islam ini adalah karunia dan pemberian yang Allah berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Karena itu perbanyaklah memohon dan bersandar kepada-Nya agar dijadikan sebagai salah satu dari ahli ilmu, penghafal yang bisa memahami dan mengamalkan apa yang dipelajari. Siapa saja yang selalu mengetuk pintu pasti akan bisa memasuki pintu itu.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah apabila menemukan masalah ia langsung pergi ke masjid yang kira-kira ada ruangan yang tidak dilihat orang lain selain Allah, lalu melemparkan wajahnya ke tanah sambil berkata: "Wahai Zat yang mengajarkan Adam dan Ibrahim ajarilah aku. Wahai Yang memahamkan Sulaiman berikanlah pemahaman kepadaku."
Di lain kesempatan ia juga berkata: "Sebagaimana Allah menciptakan malaikat yang bertugas mengendalikan awan dan menurunkan hujan, Dia juga menciptakan malaikat yang bertugas memberikan hidayah (petunjuk) dan ilmu. Dan inilah rejeki hati dan kekuatannya. Itulah rejeki jasad dan kekuatannya."
Imam Malik Rahimahullah berkata: "Ilmu dan hikmah itu adalah cahaya yang dengannya Allah menunjuki seseorang yang Dia kehendaki. Dan bukan dengan banyaknya masalah."
13. Tasmi (review) secara berkesinambungan. Terutama di hadapan guru yang pandai dan pandai tilawahnya. Inilah tradisi generasi salaf sholeh dahulu.
Mujahid (seorang tabi'in) berkata: "Aku pernah menyetorkan al-Qur'an di hadapan Ibnu Abbas 3 kali. Aku selalu berhenti setiap kali baca satu ayat untuk menanyakan kepadanya tentang asbabun Nuzulnya dan bagaimana kronologisnya."
Dari Hafshoh binti Sirin ia berkata: Abu Aliyah bercerita kepadaku: "Aku pernah membaca al-Qur'an di depan Umar bin Khattab radiyallahu anhu sebanyak 3 kali."
Lihat pula Abu Amru dan Utsman bin Said bin Abdullah bin Amru yang dijuluki dengan Warsy membaca di depan Nafi' gurunya sebanyak 4 kali khatam dalam satu bulan saja.
14. Memiliki tekad yang tinggi, menuliskan apa yang ingin dihafal, mengajarkan kepada orang lain apa yang sudah dihafal dan menyebarkannya kepada mereka serta menimalisir interaksi dengan kesibukan dunia, dan meng-kilas balik perjalanan para huffaz (penghafal) dari umat ini dengan tujuan untuk memperkuat keinginannya, mengikuti jejaknya. Selain itu juga, memanfaatkan usia-usia keemasan. Menghafal di waktu kecil lebih kuat dan kokoh serta lengket daripada menghafal di waktu-waktu dewasa.
Demikianlah beberapa poin yang mudah-mudahan bisa membantu anda, wahai para pembaca agar dipermudah dalam mempelajari dan menghafalkan al-Qur'an. Amiin.
Wallahu a'lam bish-showab.
|